Pages

Rabu, 08 September 2010

SAHABATKU, AKU, DIA DAN JIWA PENGECUTNYA

(Sepengal Cerita Penyayat Luka Jiwa)

Sahabatku : Maukah kau aku kasih tahu sesuatu tentangku?

Aku : Apa yang bisa aku dengar darimu sahabat?

Sahabatku : Sebuah cerita dari negeri impianku yang tengelam oleh hawa nafsu.

Aku : Dapatkah aku mengetahui, dan menyelaminya?

Sahabatku : Tak perlu kau menyelaminya, aku hanya butuh untuk kau dengarkan, aku hanya butuh kau menjaga emosimu.

Aku : Jika, aku tak mampu menahan amarahku, maka biarkan aku meluapkannya, dan ijinkan aku menangis bersimpuh disisi-Nya.

Sahabatku : Aku telah hilang bentuk, jiwaku telah terlepas dari konsep Ilahiyah. Aku merasa malu dihadapanmu, bahkan aku malu dihadapan Tuhan.

Aku : Serahkan semuanya pada-Nya, Dia yang memberimu masalah, maka Ia yang akan menyelsaikannya dengan cara-Nya, tentunya selama kau beriman dengan benar.

  • Sedikit dialog kabur diatas, mengambarkan cerita dari sahabatku yang sedang gundah menghadapi ni’mat dari Tuhan untuknya.

Ketika Tuhan menghendaki kita memiliki sebuah kenangan pahit, maka dunia ini serasa neraka, itu semua karena kita mengangap (berpikiran) bahwa dunia seperti neraka, andai saja kita bisa merubah pikiran kita, dan menjadikannya seperti surga, maka tak bisa kita elakkan lagi sekejap mata dunia ini akan berubah seperti surga.

Aku pernah mendengar sebuah riwayat yang diceritakan oleh Ibn Husain, yang kiranya patut kita renungkan. Isi firman Allah SWT yang berbunyi :

“Demi kemuliaan dan kebesaran-KU dan juga demi kemurahan dan ketinggian kedudukan-KU di atas Arsy. AKU akan mematahkan harapan orang yang berharap kepada selain AKU dengan kekecewaan. Akan KU pakaikan kepadanya pakaian kehinaan di mata manusia. AKU singkirkan ia dari dekat KU, lalu KU putuskan hubungan KU dengannya.

Mengapa ia berharap kepada selain KU, ketika dirinya sedang dalam kesulitan, padahal sesungguhnya kesulitan itu berada ditangan KU. Dan hanya AKU yang dapat menyingkirkan nya!

Mengapa ia berharap kepada selain AKU dengan mengetuk pintu-pintu lain, padahal pintu-pintu itu tertutup! Padahal, hanya pintu KU yang terbuka bagi siapapun yang berdo’a memohon pertolongan dari KU.

Siapakah yang pernah mengharapkan KU untuk menghalau kesulitannya lalu AKU kecewakan? Siapakah yang pernah mengharapkan KU karena dosa-dosanya yang besar, lalu AKU putuskan harapannya?

Siapakah pula yang pernah mengetuk pintu KU lalu tidak AKU bukakan?

AKU telah mengadakan hubungan yang langsung antara AKU dengan angan-angan dan harapan seluruh makhluk-KU. Tetapi, mengapa mereka malah bersandar kepada selain-KU? AKU telah menyediakan semua harapan hamba-hamba-KU, tetapi mengapa mereka putus asa dan tidak puas dengan perlindungan-KU?

Dan AKU pun telah memenuhi langit KU dengan para malaikat yang tiada pernah jemu bertasbih pada-KU, lalu AKU perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu antara AKU dan hamba-hamba-KU. Akan tetapi, mengapa mereka tidak percaya kepada firman-firman-KU. Tidakkah mereka mengetahui bahwa siapa pun yang ditimpa oleh bencana yang AKU turunkan tiada yang dapat menyingkirkannya kecuali AKU!


Akan tetapi, mengapa AKU melihat ia dengan segala angan-angan dan harapan itu, selalu berpaling dari KU?

Mengapakah ia sampai tertipu oleh yang lain?

AKU telah memberikan kepadanya dengan segala kemurahan KU apa-apa yang tidak sampai harus ia minta. Ketika semua itu AKU cabut kembali darinya, lalu mengapa ia tidak lagi memintanya kepada KU untuk segera mengembalikannya, akan tetapi malah meminta pertolongan kepada selain AKU.

Apakah AKU yang memberi sebelum diminta, lalu ketika diminta tidak AKU berikan?

Apakah AKU ini bakhil, sehingga dianggap bakhil oleh hamba KU?

Tidakkah dunia dan akhirat itu semuanya milik KU?

Tidakkah semua rahmat dan karunia itu berada di tangan KU?

Tidakkah dermawan dan kemurahan itu adalah sifat KU ?

Tidakkah hanya AKU tempat bermuara semua harapan?

Dengan demikian, siapakah yang dapat memutuskannya daripada-KU?

Apa pula yang diharapkan oleh orang-orang yang berharap, andaikan AKU berkata kepada semua penduduk langit dan bumi, ” Mintalah kepada KU !” AKU pun lalu memberikan kepada masing-masing orang, pikirkan apa yang terpikir pada semuanya?

Dan semua KU berikan itu tidak akan mengurangi kekayaan KU meskipun sebesar debu. Bagaimana mungkin kekayaan yang begitu sempurna akan berkurang, sedangkan AKU mengawasinya?

Sungguh, alangkah celakanya orang yang terputus dari rahmat KU. Alangkah kecewanya orang yang berlaku maksiat kepada KU dan tidak memperhatikan AKU. Dan tetap melakukan perbuatan-perbuatan yang haram seraya tiada malu kepada KU.

” Sesungguhnya AKU sesuai dengan prasangka hamba terhadap-KU “

(Maaf, untuk yang diatas aku belum tahu perawi/sanad dari hadits panjang di atas? Jika mungkin ada yang tahu tolong kasih tahu ya? Sebab aku udah nyari-nyari, tapi kok belum nemu juga)

Kemudian ada lagi sebuah riwayat dari Bukhari, Muslim, Tirmidhi dan Ibn Majah, diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.A: Rasulullah S.A.W bersabda: “Allah S.W.T berfirman: AKU adalah berdasarkan kepada sangkaan hambaKU terhadapKU. AKU bersamanya ketika dia mengingatiKU. Apabila dia mengingatiKU dalam dirinya, niscaya AKU juga akan mengingatinya dalam diriKU. Apabila dia mengingatiKU di majlis, niscaya AKU juga akan mengingatinya di dalam suatu majlis yang lebih baik daripada mereka. Apabila dia mendekatiKU dalam jarak sejengkal, nescaya AKU akan mendekatinya dengan jarak sehasta. Apabila dia mendekatiKU sehasta, nescaya AKU akan mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepadaKU dalam keadaan berjalan seperti biasa, nescaya AKU akan datang kepadanya seperti berlari-lari kecil.”

Kadang kita ini terlalu naïf dan bodoh, serta tak tahu terimakasih, kita sering meminta pada-Nya, kemudian malah berpaling dari-Nya. Selalu pikiran yang membuat kita kalang kabut dalam sebuah persoalan. Manusiawi memang, jika manusia selalu bersifat ketika ia ingin, maka hari itu juga ia ingin terjadi. Fenomena semacam ini sudah terlalu sering kita temui dan mungkin bahkan tanpa kita sadari pun telah mengendap dalam qolbu kita (na’udzubillah), tapi memang kenyataan sulit kita pecahkan, pencerahan macam apapun seolah-olah menjadi semacam hal paling biasa dan mereka pun tahu itu. Tapi anehnya, tetap saja berlaku demikian.

Karena memang ada banyak faktor yang mempengaruhi, missal saja emosi, intuisi, atau seabrek gejala psikologis yang mengarah pada penyelewengan aqidah secara halus. Sangat halus, dan saking halusnya ia seolah-olah menjadi hal yang sangat biasa dan dirasa tidak menyimpang.

Dalam hidup dan kehidupan ini, kita selalu merasa lebih banyak gagal dari pada berhasil atau sukses, lebih sering rugi dari pada untung, dan selalu tersandung ketika baru maju beberapa langkah, hal itu semua karena kita kurang bersyukur, kenapa kita kurang bersyukur? Karena kedekatan kita hanya sebatas kedekatan seorang hamba dengan Tuhan, bukan seperti kedekatan hamba dengan kekasihnya, yang setiap saat ia ingat dalam relung jiwa dan kehidupannya. Kita sering lalai dalam menyikapi sebuah musibah/ni’mat dari-Nya, bahkan kita sering terbalik dalam mengartikannya, ni’matnya kita anggap musibah, musibah kita anggap ni’mat (Baca : Keburukan kita kerjakan, kebaikan kita tinggalkan), serta seringkali bodohnya kita, saat mendapat musibah kita lupa, saat mendapat ni’matnya kita tak ingat sama sekali.

Namun nyata atau tidak, harapan yang tak kesampaian sering membuat kita frustasi, menyesali diri, bahkan menyalahkan Ilahi (na’udzubillah). Jika suatu kegagalan melanda, kita merasa seolah menjadi manusia yang paling nelangsa. Sebuah musibah membuat kita lupa sejuta anugerah. Seperti peribahasa “nila setitik merusak susu sebelangga”.

Padahal adalah sebuah kenyataan bahwasannya tidak setiap impian yang tergapai membuat kita damai, tidak setiap harapan yang kesampaian membuat hati tentram. Bahkan merupakan sebuah kenyataan bahwa banyak perkara yang kita benci ternyata adalah sesuatu yang paling baik disisi-Nya. Seperti dikatakan firman-Nya dalam ayat berikut :

“Kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (QS An-Nisa’ : 19).

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetauhi, sedangkan kamu tidak mengetauhi”. (QS Al-Baqarah : 216).

Persoalan tauhid dan aqidah memang sangat berat, jika kita mengangapnya berat, namun akan ringan jika kita mengangapnya ringan, bukankah : "Sesungguhnya AKU sesuai dengan prasangka hamba terhadap-KU. Fastabiqul Khairat…Wallahu a’lam bish-shawabi.

* Ps : Sahabatku biarkan dia lepas dari gengamanmu dengan jiwa pengecutnya, karena masih ada Allah bersama kita, biarkan semua jadi bagian dari masalalu, karena kita tak pernah tahu rencana-Nya yang terbaik untuk kita. Kita ini milik-Nya, maka kita tak punya kuasa untuk menentang-Nya, yang bisa kita lakukan hanya mentaatinya, dan tetap di jalur yang Ia gariskan walau pun tubuh ini tercabik, dan harga diri ini terinjak. Tak ada yang tahu jadi apa kita hari esok, yang bisa kita lakukan hanya ikhtiar, tawakal, sabar dan ikhlas. Allah menyayangi kita… Semoga saja tak ada sedikitpun dari bagian tubuh ini yang terbakar panasnya api neraka.

2 komentar: