Pages

Rabu, 08 September 2010

“Goresan Tanpa Makna”

Sayang…

Aku bukan orang yang sempurna.

Aku juga bukan orang yang mencari sosok yang sempurna, dengan segala kesempurnaannya.

Aku hanya sesosok jasad yang bernyawa, tanpa hati yang lapang sebagai tempat untuk kau lama bermain di sana.

Kadang, karena sempit, dan gersangnya hati ini dari cahaya cinta-Nya, seakan menutup semua kejernihan yang tertanam di dalamnya.


Hatiku terkadang juga seperti sebuah labirin di taman surga,

Indah namun menipu, sehingga kau seringkali terjebak di dalamnya,

Serta, tak jarang kau merasa kesulitan menemukan celahnya untuk jalan kau keluar.
Bahkan bisa saja labirin itu seolah-olah mengunci kau rapat di dalamnya.

Namun…Perlu kau sadari,

Ketika kau terjebak di dalamnya, jangan pernah kau berusaha untuk merusaknya.

Apalagi kau paksa menghancurkannya.

Itu sebuah penistaan terhadap ajaran Tuhanmu.


Karena,

Labirin itupun tidak akan mengunci kau selamanya di sana,

Dia juga tidak akan memaksa kau untuk berubah.

Seperti halnya :

Khadijah, yang dengan keimanan serta cintanya terhadap Rasulullah, terutama Islam rela menyerahkan semua hartanya untuk dakwah.


Tak juga seperti Bilqis yang tunduk kepada Sulaiman, dan meninggalkan sesembahannya (Matahari), untuk beriman kepada Allah, hanya karena kecintaannya terhadap Sulaiman.


Aku hanya ingin kau seperti Aisyah, yang dengan kecintaannya terhadap Rasulullah, dan keimanannya kepada Allah, menjadikan ia tegar menerima kenyataan yang ada akibat fitnah kaum pendusta, dan itu menjadikan Ia mulia dimata Tuhan, dengan tugas mulia memangku manusia mulia bernama Muhammad dikala Ia menutup usianya (menghadap-Nya).

Ia laksana karang dilautan, yang seringkali terombang-ambing, namun tetap kokoh berdiri menantang ombak, bahkan tak jarang melindungi hempasan badai kedaratan.

Itu semua, karena ia yakin atas kebesaran Ilahi.


Sayang…

Goresan ini tak akan bermakna, kala hanya kau jadikan renungan sesaat, dikala usiamu bertambah.

Dan, kesempatanmu yang selama ini terlihat lapang telah terasa semakin sempit.


Yogyakarta, Medio 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar