Pages

Kamis, 09 September 2010

BENARKAH RAMADHAN MENINGGALKAN KITA?

(Sebuah Catatan Pribadi Pengingat Diri)

Sepertinya ini sebuah pertanyaan bodoh dari saya yang awam, fakir lagi hina ini? Namun, bagi saya pribadi ini tak ada salahnya untuk ditanyakan, kemudian kita introspeksi dan renungkan kedalam diri kita masing-masing. Hitung-hitung mungkin sebagai sebuah latihan muhasabah dan menghisab diri sendiri, sebelum datangnya hisab yang sesungguhnya.

Sebenarnya apa sih makna yang telah menginternalisasi dalam diri kita tentang ramadhan yang malam ini (esok) telah kita tinggalkan? Apakah hanya sebatas kewajiban puasa sebagaimana perintah-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 183-184? Atau mungkin hanya sebatas mengejar derajat takwa dihadapan-Nya semata, dengan memperbanyak rutinitas ibadah kita, seperti shalat malam, membaca Al-Qur’an, memperbanyak shodaqoh, serta amalan-amalan yang lainnya?

Sebenarnya itu semua tak jadi masalah, jika memang benar-benar dikerjakan atas dasar ketaatan dan kecintaan kita kepada-Nya. Sebagaimana hadist berikut :

“Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak dia raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrah kepadanya”. (HR. Bukhary-Muslim dari ‘Umar bin Khoththob Radhiallahu ‘Anhu).

Jadi sangat jelas sekali, jika apa yang kita kerjakan selama sebulan penuh di bulan ramadhan kemarin hanya mengejar derajat takwa, atau niat selain karena Allah, maka hanya itu yang kita dapatkan. Sekarang semuanya dapat kita renungkan, kemudian tentunya tak perlu adanya suatu penyesalan yang mendalam, kecuali untuk sebuah pertaubatan.

Selanjutnya kita kembali lagi kepertanyaan saya diatas. Apakah benar ramadhan yang meninggalkan kita? Menurut saya pribadi, jawabannya yang terjadi sebenarnya justru sebaliknya kita lah yang meninggalkan ramadhan, kenapa demikian? Karena nilai-nilai ramadhan yang telah kita lalui sebulan penuh sampai tibanya hari idul fitri, belum menginternalisasi dalam kepribadian kita, atau dapat saya katakan hanya sebagai sebuah rutinitas tahunan, untuk mengejar derajat takwa dihadapan Allah semata. Jika, kita renungkan kembali jawabannya ada pada Al-Qur’an surat Al-Ashr 1-3.

Kenapa saya katakan demikian (Baca: Belum menginternalisasi), karena kebanyakan dari kita, selepas training sebulan penuh di bulan ramadhan kemarin, maka sebelas bulan yang akan datang, kita kembali dengan aktifitas yang sama, bahkan parahnya lagi, kita melakukan dosa (kesalahan) yang sama pula, akhirnya yang terjadi pada diri kita adalah seperti kipas angin, berputar begitu saja hanya memberi manfaat/berbuat baik ketika disaat tertentu saja (Baca : Ramadhan).

Jangan sampai ramadhan dan sebelas bulan yang akan datang kita lewatkan begitu saja, maka mulailah menginternalisasikan nilai-nilai ramadhan sesungguhnya kedalam diri kita semua, agar kita tidak menjadi (termasuk) golongan orang-orang merugi. Wallahu A'lam Bish-Shawabi... Fastabiqul Khairat ^__^


Ps : Awal dari sikap kita yang tidak menginternalisasikan nilai-nilai ramadhan itu dimulai dari malam ini, yaitu dengan berlaku belebihan (mubadzhir), seperti mengirim SMS ke orang-orang yang kita kenal (kerabat, kolega, teman, dll), membeli mengunakan petasan/kembang api untuk menyemarakan malam takbiran, hal itu berimbas pada hal yang mubadzhir/pemborosan, bukankah jika masih bisa ketemu atau berkunjung, itu lebih baik daripada hanya melalui SMS, telpon, mengirim kartu lebaran atau dengan media yang lain? Kemudian bukankah ada hal yang lebih bermafaat daripada hanya mendengar dan melihat percikan cahaya kembang api? Diantaranya yang bisa kita lakukan, yaitu muhasabah diri, siapa tahu kita tak ketemu lagi dengan ramadhan tahun depan, kemudian bukankah akan jauh lebih terasa maknanya jika uang yang kita alokasikan untuk sekedar hanya membeli pulsa dan petasan/kembang api itu kita berikan kepada yang berhak menerima (membutuhkan), agar mereka juga merasakan indah idul fitri.


Allahu Akbar... Allahu Akbar... Laa ilaha illallaha, Wa Allahu Akbar.

Allahu Akbar Wa lillahil Hamdu.


Saya mengucapkan Taqobbalallahu Minna Waminkum.

Shiyamana Wa Shiyamakum.

Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir Bathin..

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar