Pages

Senin, 12 Desember 2011

Spesial 22

Di luar sudah tak hujan,
Bahkan malam pun mulai merambat meninggi dan semakin pekat.
Detak suara jam dinding pun semakin kencang terdengar,
Bukan lantaran usianya sudah tua, namun karena saat ini sudah hening.
Mungkin sudah saatnya untuk kita larut dalam sebuah do’a,
Kemudian bergegas merebahkan tubuh pada peraduan yang ada.

Tak banyak yang bisa aku lakukan di hadapanmu malam ini.
Di depanku kau hanya terdiam tak banyak bicara dan berkata-kata.
Begitu pun denganku, yang tak ubahnya sepertimu,
Lidahku keluh dan terasa kaku membeku terbelenggu.
Sesekali aku kadang terlihat sok sibuk saat kau menatapku.

Adakalanya segurat rasa takut dan sedih menjalari batinku,
Dalam pikiranku mulai berkecamuk, terbersit beribu pengandaian,
“Mungkinkah bila esok, suatu saat nanti aku tak ada disisimu”,
Atau, “saat seperti ini tak dapat kulalui lagi denganmu”,
“Bisa jadi nanti Tuhan punya rencana lain untukku dan kamu”.
Hanya itu saja yang memenuhi alam setengah sadarku.
Pengadaian dari kebingunganku, yang tak beralasan tentunya.

Sebenarnya malam ini, ingin kuhabiskan berdua saja denganmu,
Tapi itu terlalu berlebihan untukku dan kita berdua,
Karena aku yakin esok pun masih ada bukan?
Klikmaks dari semua ini tak juga kutemui,
Ujungnya pun tak dapat ku gambarkan.
Terlalu spesial buat kamu?
“Malam ini” atau “Kehadiranku”

Berjam-jam berdua merajut tanya,
Kita masih tak banyak bicara,
Namun lewat untaian syair, lirik dan nada,
Aku tahu, untukmu itu pun sudah dapat kau rasa.
Bukan lantaran aku ingin dianggap lelaki romantis,
Namun, tak bisa aku katakan padamu bahwa aku ingin menangis.
Karena dengan menangis, aku rasa kebekuan ini akan mencair.
Dan, lewat tetesan airmataku dapat aku ceritakan rasa sayangku.
Atau aku gambarkan, setiap keinginan dan harapanku untukmu.
Tapi, itu tak kulakukan, karena aku tak ingin membuatmu bingung.

Aku hanya ingin ada kamu, bagiku itu saja sudah lebih dari cukup.
Atau malah terlalu mewah untuk sebuah hadiah di masa tuaku nanti.
Namun, untuk saat ini aku rasa, aku belum begitu tua,
Untuk dapat menikmati semuanya lebih lama bersama denganmu.
Bahkan, masih banyak mimpi-mimpiku untuk kita berdua.
Mimpi yang akan aku tanamkan saat kau benar-benar bertahan untukku.
Mimpi saat nanti Tuhan menganugerahkan kau sebagai kado hidup matiku.

Terlalu rumit jika harus kugambarkan kebahagiaan ini,
Karena semua tak cukup aku gambarkan dengan kata-kata.
Bukan lantaran waktuku yang terbatas dan lelah,
Namun, karena kau begitu spesial untuk kusebut kado usia 22

Selamat ulang tahun (milad) sayang,
Semoga kau senantiasa dihidupkan dengan cinta yang kau pilih,
Dipilih, dan terpilihkan oleh-Nya,
Damailah dalam do’a akan sebuah harapan esok.

Yogyakarta, 12 Desember 2011
Tepat Pukul 22.20 WIB
(Menjelang usia 22_mu)
Read More … Spesial 22

Kamis, 17 November 2011

SENTUHAN JIWA (III)

Mencoba beranjak aku dari mimpi kelam masalalu itu,
Ingin kuukir sebuah cerita pada sepertiga malamnya.

Indah… kala kupasrahkan hati pada-Nya yang Maha memiliki jiwa ini,
Mengingat-Mu, rasakan kembali makna hadir-Mu kala Kau disisiku.

Kucoba meraba dalam terang dan temaramnya cahaya yang menyinariku,
Lalu seakan kutemukan sosok-Mu yang telah lama merindukanku,
Binar tatapan mata sayu-Mu, seolah penuhi obituariku.

Jujur jika aku harus mengakui, aku pun rindu pada setia-Mu,
Tingkah manja-Mu, kala aku tak memperhatikan apa yang Kau mau,
Membuatku seolah tak mengenali sosok-Mu.

Anggunnya cara Kau memperhatikanku,
Membuatku luluh dari ringkuh dan angkuhnya aku.

Tak pernah rasanya sekalipun aku kehilangan-Mu,
Tak ingin rasanya aku terlepas dari dekapan kasih sayang-Mu.

Kau selalu bisa aku andalkan kala kurasakan kegundahan,
Kau mampu wujudkan berjuta mimpi yang telah lama aku pendam,
Kau pula yang menyadarkanku, kala aku mulai hilang kepercayaan.

Lalu bagaimana dengan aku?
Bagaimana aku mampu wujudkan inginkan-Mu?
Bagaimana aku bisa menjadi seperti mimipi-Mu?

Aku terlalu menginginkan-Mu menjadi sosok sempurna yang menemaniku,
Menemani kala aku rapuh atau mungkin saat aku butuh sebuah senyuman itu.

Lalu bagaimana denganku?
Kala Kau tak lagi pedulikanku,
Kala Kau tak lagi mendengar keluh kesahku,
Kala Kau tak lagi mendekapku dengan kasih sayang-Mu
Lalu bagaimana dengan aku?

Aku tak ingin kehilangan hadirnya sosok-Mu mengisi relung hati dan jiwaku,
Aku tak pernah ingin semuanya berlalu tanpa adanya kata ikhlas dari-Mu.

Karena sungguh aku membutuhkan-Mu
Membutuhkan binar tatapan mata sayu-Mu itu.
Read More … SENTUHAN JIWA (III)

SENTUHAN JIWA (II)

Salam rindu dalam penantian yang panjang di bawah naungan asma-Nya
Semoga keabadian masih senantiasa setia menghampiri kita
Hingga jarak tak lagi menjadi sebuah belenggu hitam kebencian
Dan penantian panjang berujung menjadi sebuah kata ikatan kesetiaan

Sayang…
Di kejauhan ini masih kuinginkan sentuh hatimu
Menyentuhnya dengan segala rasa dan asaku
Rasakan debarnya… debaran cintamu
Nikmati denyutnya… denyut setia

Kuusap airmatamu yang jernih, kala kau merasa sendiri
Lalu dengannya ingin kusulam rasa kasih yang hakiki
Kutatap matamu, mata duka dari kerinduan
Di sanalah kemudian dapat kutemui makna rela

Sayang…
Di kejauhan ini masih saja kusapa salam setiamu
Lalu kusambut senyum mesramu dalam penantian panjang
Onak, duri, dan jeruji besi penjara jiwa, tak akan menghalangi kita
Karena bicara tak butuh bertatap muka
Karena bicara adalah mengungkap isi jiwa
Lalu teriakanlah apa yang ingin kau katakan
Dalam do’alah aku dapat mendengarnya

Sayang…
Semakin kita terpisah
Rasanya cerita cinta dan kisah penantian kita seolah semakin terasa indah
Semakin jauh jarak yang membelenggu, kasih kita pun terasa semakin kukuh
Kita boleh kehilangan segalanya, bentuk, wujud, sosok, dan karakter
Namun kita tidak akan pernah kehilangan cinta
Karena ia adalah kehakikian dari yang Maha hakiki
Read More … SENTUHAN JIWA (II)

SENTUHAN JIWA (I)

Bangunkan ragaku yang terbenam pada setumpuk bayangan mimpi silam.
Ukir senoktah cerita baru dengan lembaran yang telah usang,
Kemudian wujudkan itu dengan sebuah pengharapan.

Sayang…
Hidup ini terlalu singkat, jika harus kuhabiskan dengan hanya bermimpi denganmu.

Waktu ini semakin cepat berlalu tanpa adanya sebuah kebahagiaan itu.
Kadang, menghabiskan waktu dengan bermimpi saja tak cukup,
Jika tanpa adanya kegelisahan untuk segera mewujudkannya.

Ada sebuah keinginan yang lebih besar harus kita wujudkan dari hanya sekedar bermimpi, karena mewujudkan mimpi itu sendiri, sesungguhnya adalah mimpi.

Sayang, jangan biarkan aku hanya tengelam dan larut dalam mimpi ini,
Namun bantu aku mewujudkannya, agar semua ini berakhir pada titik yang kita harapkan.
Read More … SENTUHAN JIWA (I)

Kamis, 23 Juni 2011

RAHASIA BAKPIA PATHOK

Anda suka makan Bakpia? Tahu Bakpia? Berikut ini saya coba menuliskan sedikit rahasia tentang Bakpia. Szzzztttt... jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia... ingat RAHASIA!

Bagi anda yang sedang jalan-jalan ke Yogyakarta dan ingin membeli oleh-oleh khas kota dengan berbagai macam sebutan ini (Kota Pelajar, Kota Pendidikan, Kota Budaya, Kota Gudeg), tentunya tak asing lagi dengan makanan yang satu ini, tepat sekali BAKPIA PATHOK atau biasa disebut BAKPIA, yaitu suatu makanan yang sebenarnya berasal dari negeri Cina, aslinya bernama Tou Luk Pia, yang artinya adalah Kue Pia (kue) kacang hijau.

Selain itu pula Bakpia mulai diproduksi di kampung Pathok Yogyakarta, sejak sekitar tahun 1948. Waktu itu masih diperdagangkan secara eceran dikemas dalam besek tanpa label, peminatnya pun masih sangat terbatas. Proses itu berlanjut hingga mengalami perubahan dengan kemasan kertas karton disertai label tempelan.

Pada tahun 1980 mulai tampil kemasan baru dengan merek dagang sesuai nomor rumah (Misal : 25., 75., dll...), diikuti munculnya bakpia-bakpia lain dengan merek dagang nomer berlainan. Demikian pesatnya perkembangan "kue oleh-oleh" itu hingga mencapai booming sejak sekitar tahun 1992. (Edit dari : http://www.bakpia25.com)

Begitulah sejarah singkat tentang Bakpia, sekarang kita beralih ke topik utama dari tulisan ini, ya sebuah RAHASIA BESAR abad ini. Hehehe...

Berawal dari kedatangan keluarga besar saya ke Yogyakarta dalam rangka akad dan resepsi saudara (Abang kandung) saya yang mendapat istri orang asli Kulonprogo-Yogyakarta, nah... sebelum pulang biasanya keluarga saya menyempatkan membeli oleh-oleh untuk orang-orang yang ada di kampung halaman saya (tetangga dan kerabat kami di rumah).

Waktu itu dengan inisiatif sendiri, karena melihat kesibukan orangtua saya, takut mereka tidak sempat membeli oleh-oleh, maka saya menyempatkan diri untuk membeli Bakpia, di perjalanan dari kost saya yang terletak di belakang Hotel Saphier, diatas motor saya di beritatahu suatu rahasia yang cukup membuat saya tercengang dan sejenak berpikir panjang akan maknanya. (Hahaha... Lebay dikit dah...)

Jika anda berbelanja (ingin membeli Bakpia, khususnya waktu itu saya membeli Bakpia 25), maka anda tinggal bilang saja "HP ya Mba' ^_^ " ke kasir pada waktu membayar, maka Sang Kasir akan bilang "Kesini naik apa?", anda jawab saja dengan jujur "Sepeda Motor (Karena waktu itu saya naik sepeda motor)", maka total harga yang harus anda bayar akan secara otomatis dikurangi alias diberi diskon yang lumayan deh untuk sekedar membeli bahan bakar kendaraan anda, TIDAK PERCAYA? Silakan buktikan sendiri ^___^

Terus yang menjadi teka-teki atau pertanyaan saya adalah apakah makna HP itu? Sepanjang perjalanan dari Pathok ke Sedayu, bahkan sampai saat ini pun saya mencoba menterjemahkan sendiri makna kata "HP" tersebut dengan cara "mengathuk'e" alias menhubungan dengan makna yang sesuai, seperti : Hot Price, Harga Pelanggan, Harga Promo, Harga Pesanan, apalagi ya?

Mungkin bagi anda yang bisa memberikan pencerahan atau tahu makna kata "HP" untuk RAHASIA BAKPIA PATHOK ini bisa klarifikasi dengan komentar pada posting tulisan saya ini. ^___^





Read More … RAHASIA BAKPIA PATHOK