Pages

Rabu, 30 Juni 2010

MAHASISWA BARU, JAS ALMAMATER, DAN TRIDARMA PERGURUAN TINGGI

Rabu (16/06) beberapa jam setelah tes SNMPTN hari pertama yang diselenggarakan serentak oleh hampir seluruh PTN yang ada di Indonesia dilaksanakan, saya pribadi mulai berpikir tentang hal yang menarik untuk kita kaji setiap tahunnya, yaitu sebuah fenomena penjaringan mahasiswa baru, pembelian jas almamater, dan tridarma perguruan tinggi atau fungsi perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan atau pencetak generasi terdidik.

Ketiga hal yang menurut saya sangat berhubungan erat satu sama lainnya, atau dapat dikiaskan dengan istilah Input, Loyalty/Process, dan Output. Hal itu tentunya menurut analisa pemikiran sederhana saya pribadi. Sedikit berpijak dari analisa pemikiran sederhana saya itu, maka muncullah analisa sebagai berikut :

  1. Mahasiswa Baru

Adalah bagian terpenting dari proses berlangsungannya proses pendidikan disuatu perguruan tinggi kedepannya, dengan adanya peserta didik (mahasiswa baru), maka secara tidak langsung proses pendidikan pada suatu perguruan tinggi dapat dijamin akan terselenggara atau berjalan dari tahun ketahunnya. Karena ketika tidak adanya peserta didik, maka apalah artinya pendidik, begitupun sebaliknya. Walaupun pada dasarnya bagi peserta didik belajar itu tidak harus dari seorang pendidik dalam suatu ruangan, akan tetapi adakalanya kita perlu orang lain, sebagai tempat untuk kita bertukar ilmu dan bertanya akan sesuatu yang kita rasa sulit atau masalah-masalah yang kita hadapi dalam proses menjadi orang yang terdidik.

  1. Jas Almamater

Disini saya tidak akan menjelaskan apa itu jas almamater, karena saya rasa kita dapat memahaminya dari buku-buku yang kita baca dan informasi lain yang kita terima dari orang lain yang ada disekitar kita, saat kita akan memulai kehidupan baru dalam sebuah kampus (perguruan tinggi), tetapi saya akan mencoba menganalisa secara sederhana apa sebenarnya fungsi dari jas almamater itu. Menurut hemat saya selama ini, jas almamter adalah bagian yang sering terlupakan dalam fungsinya sebagai pemersatu antar peserta didik dalam lingkup satu kampus, dan simbol identitas sederhana dari suatu perguruan tinggi, sekaligus pembeda antara perguruan tinggi satu dengan yang lain, atau bahkan dapat pula dikatakan sebagai simbol dari kecintaan dan loyalitas mahasiswa terhadap lembaga penyelenggara pendidikan tempat ia belajar, hal itu dapat terlihat dari pemakaiannya yang hanya digunakan secara seremonial pada acara-acara, dan kegiatan tertentu saja, semisal: Kunjungan, atau mungkin paling banter juga pada waktu KKN atau magang.

  1. Tridarma Perguruan Tinggi

Sesuatu yang seharusnya patut dipahami bersama bagi penyelenggara pendidikan dan peserta didik, yang berisi :

    1. Pendidikan Dan Pengajaran

Pengertian pendidikan dan pengajaran disini adalah dalam rangka menerusakan pengetahuan atau dengan kata lain dalam rangka transfer of knowledge ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan melalui penelitian oleh mahasiswa di pergurun tinggi. Dalam pendidikan tinggi di negara kita dikenal dengan istilah strata, mulai dari strata satu (S-1) yaitu merupakan pendidikan program sarjana, strata dua (S-2) merupakan program magister, dan strata tiga (S-3) yaitu pendidikan doktor dalam suatu disiplin ilmu, serta pendidikan jalur vokasional/non gelar (diploma).

    1. Penelitian Dan Pengembangan

Kegiatan penelitain dan pengembangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa adanya penelitian, maka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi terhambat. Penelitian ini tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi harus dilihat keterkaitannya dalam pembangunan dalam arti luas.artinya penelitian tidak semata-mata hanya untuk hal yang diperlukan atau langsung dapat digunakan oleh masyarakat pada saat itu saja, akan tetapi harus dilihat dengan proyeksi kemasa depan. Dengan kata lain penelitian di perguruan tinggi tidak hanya diarahkan untuk penelitian terapan saja, akan tetapi juga sekaligus melaksanakan penelitian ilmu-ilmu dasar yang manfaatnya baru terasa penting jauh dimasa yang akan datang, ketika telah dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya.

    1. Pengabdian Pada Masyarakat

Dharma pengabdian pada masyarakat harus diartikan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dikembangkan di perguruan tinggi, khususnya sebagai hasil (Output) dari berbagai penelitian. Pengabdian pada masyarakat merupakan serangkaian aktivitas dalam rangka kontribusi perguruan tinggi terhadap masyarakat yang bersifat konkrit dan langsung dirasakan manfaatnya dalam waktu yang relatif pendek. Aktivitas ini dapat dilakukan atas inisiatif individu atau kelompok anggota sivitas akademika perguruan tinggi terhadap masyarakat maupun terhadap inisiatif perguruan tinggi yang bersangkutan yang bersifat nonprofit (tidak mencari keuntungan atau laba). Aktivitas seperti ini yang diharapkan tentunya adalah adanya umpan balik dari masyarakat ke perguruan tinggi, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi guna pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih lanjut kedepannya.

Melihat dari ketiga analisa sederhana saya mengenai mahasiswa baru, jas almamater, dan tridarma perguruan tinggi diatas, maka akan saya coba tarik kesimpulan sederhana pula, bahwa korelasi ketiganya berefek pada beberapa pertanyaan, salah satunya adalah, telah berjalan sempurnakah proses penerimaan mahasiswa baru selama ini? Tentunya ini tak perlu kita jawab, akan tetapi kita renungkan saja, tanpa harus saling menyalahkan satu sama lain, kemudian secara bersama-sama kita cari jalan keluar untuk menghasilkan proses Input yang benar-benar memenuhi kriteria yang ingin kita capai. Kemudian mengenai jas almamater, maka pertanyaan saya yang mungkin cukup mengelitik adalah, apakah jas almamater masih sama fungsinya seperti apa yang saya tuliskan diatas, ataukah mungkin akan beralih fungsi menjadi jas almari, alias jas almamater yang menjadi penghuni lemari saja yang hanya dipakai sebagai seremonial saja? Itu pun syukur masih menjadi penghuni lemari dan digunakan sebagai sebuah seremonial sesaat, dalam artian masih memiliki jas almamater, ada yang lebih parah dari itu semua yaitu jas almauter, atau secara kasarnya adalah jas yang dipakai dan dimiliki secara terdesak, dengan jalan pinjam kepada orang lain, dikarenakan dia sendiri tidak punya, dan mau menggunakan jas itu hanya untuk acara yang bisa dikatakan seperti maut yang akan menjemputnya, ya tak ubahnya seperti tuntutan akan wajib jas dikala proses KKN tadi atau mungkin hanya untuk simbolisasi dikala aksi menentang kebijakan pemerintah dijalanan secara bersama-sama. Kesimpulan sekaligus pertanyaan terakhir saya adalah, masih berlakukah tridarma perguruan tinggi itu, dikala mahasiswa dituntut akan tugas-tugas yang berjubel dengan jutaan beban kebijakan yang menjebaknya untuk melakukan plagiarism, akibat tuntutan zaman yang memperbolehkan hal yang instant untuk konsumsi bersama, akibatnya orisinilitas jauh dari apa yang kita harapkan bersama.

Terakhir saya hanya ingin mengatakan bahwa menurut saya akibat dari semua itu adalah dari tahun ketahun hampir sama, yaitu munculnya sarjana-sarjana terdidik yang hanya bisa menunggu adanya lapangan pekerjaan yang membuka lowongan, dan ingin menerima mereka sebagai karyawan untuk bekerja, atau muncul juga golongan sarjana kritikus kebijakan pemerintah, tanpa adanya solusi nyata yang diberikan sebagai sumbangsihnya terhadap negara, sebagai putra bangsa.

Harapan saya kedepannya tentu saja, ingin adanya generasi yang Input, Loyalty/Process, dan Output-nya berasaskan nilai-nilai moral yang seyogyanya, bukan senyatanya saja.

1 komentar: