Pages

Rabu, 24 November 2010

RINDUKU TAK BERTEPI ASA : BIDADARI BERMATA BENING

Mungkin kala Mentari tengelam bersama datangnya Sang Rembulan di kegelapan malam, kau akan hadir menghiasi alam khayalanku, seolah menari di obituary. Dengan sedikit rasa takjub aku hanya mampu katakan pada angin yang berhembus, bahwa aku menginginkan ini nyata di alam sadarku, tak seperti saat ini, dimana aku hanya dilenakan oleh buaian-buaian mimpi semu akan hadirnya sosokmu menemani kegelisahan jiwa yang kosong tak bersandar pada titah Sang Khalik.

Kadang terasa lelah, seperti menyulam dengan benang kusut yang tak akan pernah aku temui ujungnya yang utama, untukku jadikan simpul pengikat kegelisahan ini. Ingin mencoba berbagi berjuta mimpi yang ada padamu, berharap untuk sekedar adanya pertautan tali kasih sayang yang tertanam di dalam relung jiwa, namun dengan satu kali kedipan mata semua telah tersapu terbawa oleh bayang-bayang cahaya yang mulai memudar.

Tak apalah jika aku umpamakan kau bidadari bermata bening, bahkan aku rasa itu tak terlalu berlebihan, karena sewajarnya orang yang sedang dimabuk mimpi-mimpi indah penghibur lara, kau hadir mengisi kekosongan relung jiwa yang tertutup pasir gurun sahara kegelapan.

Sudah kucoba untuk mengerakan kaki untuk melangkah jauh bersama wujud Sang Malaikat yang menghampiri, namun itu sia-sia, karena aku tak punya daya atau mungkin “aji-aji” untuk mengalahkan Sang Iblis, aku merasa rapuh tanpa adanya sosok Dewi Shinta atau Dewi-Dewi yang lain yang mencoba menarik tanganku untuk berjalan kembali mengerahkan sisa tenaga yang ada untuk memulai kehidupan baru bersama lampion kehidupan yang mulai redup.

Kini, aku hanya menunggu keputusan terakhir dari vonis yang akan dijatuhkan, oleh hakim segala hakim kehidupan ini, jika vonis itu mengharuskanku untuk meninggalkan dunia dan seisinya, maka aku harap penyesalan itu bukanlah cara terbaik mensyukuri pertemuan kita, tetapi lantunan ayatnya yang senantiasa aku tunggu keluar dari bibirmu sebagai ungkapan dari relung hatimu yang terdalam, untuk kau kirimkan padaku setiap kali kau selesai bercengkrama dengan-Nya.


Sapen, 23 November 2010., 10:39 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar